Rabu, 05 Desember 2018

Prabowo Kalah Telak di Pilpres 2019

Faktor yang menyebabkan KEKALAHAN Prabowo pada Pilpres 2019 :

Menggunakan koneksi dengan Presiden Soeharto,Prabowo dan saudaranya mencoba membungkam kritik jurnalistik dan politik pada tahun 1990-an.Hasyim gagal menekan Goenawan Mohamad agar menjual koran Tempo kepadanya.
Ketika menjabata sebagai Letnal Kolonel,Prabowo menggundang Abdurrahman Wahid ke markas batalionnya pada tahun 1992 dan memeperingatinya agar tidak menyentuh politik dan hanya berkecimpung dalam dunia agama,atau ia harus menghadapi akibatnya bila melanjutkan oposisi terhadap Soeharto.
Prabowo juga memperingati Nurcholish Madjid (Cak Nur) agar mengundurkan diri dari Komite Independen Pemantau Pemilu,yaitu Badan Pengawas Pemilu yang didirikan Goenawan Mohamad.

Menurut Sintong Panjaitan,pada tahun 1983 Prabowo terlibat perselisihan dengan beberapa Jenderal yang dianggap akan mengkudeta Soeharto.
Pada bulan Maret 1983 di Datasaemen 81,Prabowo diceritakan mencoba melakukan upaya penculikan sejumlah petinggi militer,termasuk Jenderal L.B.Moerdani yang diduga hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soeharto saat itu,namun upaya itu digagalkan oleh Mayor Luhut Panjaitan,Komandan Den 81/Antiteror dan Prabowo sendiri adalah Wakil Luhut saat itu.
Pada tahun 1990-an,Prabowo terkait dengan sejumlah kasus Pelanggaran HAM di Timor Timur.Pada tahun 1995,ia dituduh menggerakan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil di Timor Timur.Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengna Komandan Korem Timor Timur saat itu.Kolonel Inf Kiki Syahnakri,di kantor Pangdam IX Udayana,Mayjen TNI Adang Ruchiatna.Sejumlah Lembaga Internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan dan agar Prabowo dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.Menurut pakar Adnan Buyung Nasution,kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana.

Penculikan Aktivis


Pada tahun 1997,Prabowo diduga kuat mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reklamasi.Setidaknya ada 14 orang,termasuk seniman "Teater Rakyat" Widji Thukul,aktivis Herman Hendrawan,dan Petrus Bima masih hilang dan belum ditemukan hingga sekarang.Mereka diyakini sudah meninggal.
Prabowo sendiri mengakui memerintahkan Tim Mawar untuk mengeksekusi operasi tersebut karena menurutnya hal tersebut merupakan hal yang benar menurut rezim saat itu.
Prabowo hanya menculik 9 orang aktivis pada saat itu,yang semuanya telah ia kembalikan dalam keadaan hidup,sementara 13 orang sisanya,ia tidak tahu-menahu.
Pernyataan ini dikuatkan oleh Pius Lustrilanang,yang mengaku telah meminta maaf kepada Prabowo dan kini menjadi anggota DPR dari Partai Gerindra.

Sementara saat mengumumkan pembebastugasan Prabowo,Jenderal TNI Wiranto  menyatakan bahwa Prabowo dapat diadili karena adanya bukti keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan aktivis ini.Namun sampai saat ini Prabowo belum memenuhi panggilan Komnas HAM untuk mengusut kasus tersebut.
Pengakuan mengejutkan datang dari Kivlan Zen pada masa 1998 setia kepada Prabowo.Ia mengaku mengetahui dimana keberadaan 13 orang aktivis yang dipermasalahkan,dan tahu pasti mereka telah dibunuh.Kivlan Zen menantang dibukannya kembali kasus penculikan ini dan dia mengatakan seluruh hal yang diketahuinya.Ia menyatakan operasi penculikan 13 orang tersebut adalah pihak yang ingin mendiskreditkan Prabowo.Karena peryataan ini,Komnas HAM didesak untuk membuka kembali penyelidikan atas kasus ini,namun Komnas HAM berkomentar bahwa itu hanyalah pernyataan pribadi Kivlan Zen.Secara resmi pernyataan Kivlan Zen sudah pernah dicatat dalam penyelidikan Komnas HAM dan kini sudah berada di Kejaksaan Agung.

Tuduhan Pernyataan Pengusiran Orang Tionghua


Menurut Friend (2003),saat dampak Krisis Finansial Asia 1997 memburuk,Prabowo mengajak Muslim Indonesia untuk bergabung melawan "pengkhianat bangsa".Selain itu,dari wawancara Adam Schwarz dengan Sofjan Wanandi,Prabowo pernah mengatakan pada Sofjan bahwa ia siap "mengusir orang Cina meskipun hal itu membuat ekonomi Indonesia mundur 20-30 tahun" dan mengatakan "kamu Cina Katolik mencoba menjatuhkan Soeharto".Sofjan sendiri membantah pernah berkata bahwa Prabowo akan mengusir semua orang Tionghua dari Indonesia,dan menyatakan bahwa Schwarz hanya salah persepsi.

- Dugaan Keterlibatan Kerusuhan Mei 1998


Prabowo diduga kuat mendalangi Kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta.Bahkan menurut Friend (2003),walaupun kubu Wiranto menekankan tidak ingin Pembantaian Tiananmen terjadi di Jakarta,kubu Prabowo memperingatkan Amin Rais bahwa militer tidak takut akan terjadinya "Tiananmen Lain" dan "Lautan Darah" bila demonstrasi dilanjutkan.Dugaan Motif Prabowo adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto,untuk menyerang Etnis Minoritas,dan untuk mendapatkan simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mempu memadamkan kerusuhan.Dia juga belum diadili atas kasus tersebut.

Prabowo mengklaim bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar.Prabowo mengaku sadar bahwa menghancurkan Tionghua di Indonesia dapat merugikan Indonesia sendiri.Ia juga menyayangkan Menko Polkam Feisal Tanjung dan Panglima ABRI Wiranto yang menurutnya konsisten menyangkal tuduhan bahwa perintah membuat kerusuhan berasal langsung dari mereka atau Soeharto sebagai Panglima Tinggi.Prabowo meyakinkan bahwa perintah tersebut tidak dalam satu rangkaian komando karena atasnnya senang bekerja secara melompat-lompat dalam berbagai tingkatan.Ia memastikan bahwa dirinya tidak pernah menerima perintah untuk menyiksa orang.
Pembelaan lebih lanjut dari pihak Prabowo adalah dia hanya menjalankan tugasnya sebagai Pangkostrad atas permintaan Panglima Kodam Jaya yang waktu itu mendapat perintah dari Mabes ABRI.Pada waktu itu permintaan Prabowo agar difasilitasi pesawat Hercules juga ditolak,sehingga ia terpaksa menggunakan Garuda dan Mandala atas biaya sendiri.

Isu Kudeta


Pada pagi hari tanggal 22 Mei 1998,Wiranto melaporkan kepada B.J.Habibie bahwa telah terjadi pergerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta dan konsentrasi pasukan pada kediaman Presiden B.J.Habibie tanpa sepengetahuan dirinya sebagai Panglima ABRI.Pergerakan tersebut diduga sebagai upaya kudeta dan oleh karena itu atas instruksi Presiden Habibie,Prabowo diberhentikan sebagai Panglima Kostrad.

Di siang hari pada tanggal yang sama,Prabowo dihubungi Markas Besar Angkatan Darat perihal pemberhentiannya sebagai Panglima Kostrad.Prabowo langsung menghadap Presiden B.J.Habibie di Istana untuk mendapat kepastian pemberhentiannya.Presiden B.J.Habibie mengatakan bahwa pemberhentiannya adalah permintaan langsung dari Soeharto dan ia akan ditinjuk sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat.
Di sore harinya,Prabowo menyerahkan jabatan Panglima Kostrad kepada Pangdiv 1 Kostrad Mayjen Johny Lumintang.

Prabowo yakin ia bisa saja melancarkan kudeta pada hari-hari kerusuhan pada bulan Mei itu.Tetapi yang penting baginya ia tidak melakukannya. "Keputusan mempercepat pensiun saya adalah sah" ujarnya. "Saya tahu,banyak diantara prajurit saya akan melakukan apa yang saya perintahkan.Tetapi saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya.Saya ingin menunjukkan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan rakyat diatas posisi saya sendiri.Saya adalah seorang prajurit yang setia.Setia kepada Negara,dan setia kepada Republik.


Itulah beberapa faktor menurut mimin yang bisa membuat Prabowo Kalah...
Jika ada kekurangan/kesalahan atau ada yang ingin menambahkan,Silahkan tuliskan Komentar Kalian di Kolom Komentar dibawah...
Sekian dulu pembahasan mimin kali ini...

Untuk tau lebih banyak,jangan lupa daftar dulu yahh,klik aja disini...